Perjuangan anak desa
Grobokan, Jawa Timur sangat memprihatinkan. Dengan berpakaian seragam melintas
dengan seutas tali. Berpijaran dan berpegangan pada tali yang melintas di atas
sungai. Perasaan takut yang terbenak di dalam dirinya. Banjir bandang tidak
mengurangi semangatnya untuk belajar.
Kesuksesan
belajarnya adalah awal untuk meraih cita-citanya. Melihat keadaan rumahnya yang
membuat semangat belajarnya. Anak Grobokan tersebut rajin membantu keluarganya.
Walaupun orang tuanya seorang petani ia sangat menghargainya. Berpenghasilan
musiman yang ditunggu dan diharapkan, yang hanya cukup untuk makan dan sekolah
yang keluar di setiap doanya. Ratap tangis yang melintas diwajahnya dan tetesan
air mata yang membasahi pipinya.
Merubah
keadaan keluarga yang diimpikan anak Grobokan, untuk membahagiakan orangtuanya
merupakan salah satu cita-citanya. Melihat orang tua bercucuran keringat yang
memotivasinya dan ia berpikir betapa sulitnya mencari uang membuatnya semangat
untuk belajar. Berkeinginan merubah
keadaan keluarga, nyawa sebagai taruhannya hidup anak Grobokan.
Desa
yang jauh dari keramaian membedakan pola pikir anak Grobokan. Ketenangan batin
yang tertanam pada dirinya, keadaan banjir yang membuat risau pada dirinya.
Hanyalah dukkha mendalam yang ingin
dihilangkan pada dirinya. Rasa trauma yang menyelimuti hidupnya.
Semangat
anak Grobokan dibuktikan dengan ketekunannya dalam belajar. Membantu orangtua menjadi
prioritas ketika mempunyai waktu luang. Sedetik adalah waktu yang sangatlah berharga
bagi anak Grobokan. Setiap pagi anak Grobokan selalu menyempatkan diri untuk
belajar. Keadaan banjir tidak mengurangi sedikitpun semangat belajarnya. Anak Grobokan
tidak pernah mengeluh dengan usahanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar