Selasa, 20 Januari 2015

Nyawa Sebagai Taruhan Kesuksesan

Perjuangan anak desa Grobokan, Jawa Timur sangat memprihatinkan. Dengan berpakaian seragam melintas dengan seutas tali. Berpijaran dan berpegangan pada tali yang melintas di atas sungai. Perasaan takut yang terbenak di dalam dirinya. Banjir bandang tidak mengurangi semangatnya untuk belajar.
            Kesuksesan belajarnya adalah awal untuk meraih cita-citanya. Melihat keadaan rumahnya yang membuat semangat belajarnya. Anak Grobokan tersebut rajin membantu keluarganya. Walaupun orang tuanya seorang petani ia sangat menghargainya. Berpenghasilan musiman yang ditunggu dan diharapkan, yang hanya cukup untuk makan dan sekolah yang keluar di setiap doanya. Ratap tangis yang melintas diwajahnya dan tetesan air mata yang membasahi pipinya.
            Merubah keadaan keluarga yang diimpikan anak Grobokan, untuk membahagiakan orangtuanya merupakan salah satu cita-citanya. Melihat orang tua bercucuran keringat yang memotivasinya dan ia berpikir betapa sulitnya mencari uang membuatnya semangat untuk belajar.  Berkeinginan merubah keadaan keluarga, nyawa sebagai taruhannya hidup anak Grobokan.
            Desa yang jauh dari keramaian membedakan pola pikir anak Grobokan. Ketenangan batin yang tertanam pada dirinya, keadaan banjir yang membuat risau pada dirinya. Hanyalah dukkha  mendalam yang ingin dihilangkan pada dirinya. Rasa trauma yang menyelimuti hidupnya.
            Semangat anak Grobokan dibuktikan dengan ketekunannya dalam belajar. Membantu orangtua menjadi prioritas ketika mempunyai waktu luang. Sedetik adalah waktu yang sangatlah berharga bagi anak Grobokan. Setiap pagi anak Grobokan selalu menyempatkan diri untuk belajar. Keadaan banjir tidak mengurangi sedikitpun semangat belajarnya. Anak Grobokan tidak pernah mengeluh dengan usahanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar